Patern for my little boy


Jealously...
Hiks...hiks...hiks...
Adek jelous ma si kakak, gara2 ibunya suka bikinin baju buat si kakak terus.
Pontang panting deh cari patern buat anak laki2 susahnya minta ampun.
Eh, nemu2 di toko online berupa e-book.
Lumayanlah daripada lumanyun.
qiqiqiqiqi...
ini dia paternnya.
Semoga Bermanfaat !

Jawaban dari TokoZio Online

Hiks...
Sedih banget sih PO ku ke Tokozio online ga bisa di followup. Karena dari bulan Juni dah kebanjiran order sampai akhir bulan Juli.

Ga tahu nih mau cari percetakan yang laen ataw tunggu sampe Agustus. Kalau Price Labeller ternyata di Cilegon juga ada, harganya 100 rb-an, gak beda jauh ma toko2 online.
Tapi bikin Hang Tag di Cilegon saya ga tahu mana yang bisa order sedikit. Karena saya baru butuh 100 - 200 hang tag aja. Juga Loop pin nya di cilegon dimana yang jual.

Kalau dah kayak gini bawaannya pengen maen ke daerah Kota aja deh...
Mau tak ubek2 barang yang dicari, dengan harga yang pasti murah.

Jakarta...
I'm coming.....

PO Hang Tag, Loop pin, Price labeller dan Pita polkadot

Akhirnya jadi juga order hang tag di tokozio online, order telah dikirim tinggal tunggu konfirmasi aja dari tokozio. Mudah2an hasilnya bagus. Kayaknya label baju yang dibordir gak jadi di order karena ngebayangin 1000 lsn nya itu, berat banget dan takut mubazir. ntar di kombine sama pita satin polkadot aja kasih hang tag yang ada braded kitanya sama loop pin. Tadinya mo pake tag gun sama senarnya, dipikir2 berabe takut jarumnya patah gak bisa di ganti sebab di daerah ku gak ada yang jual barang beginian. Kalau pake loop pin kan praktis gak usah pake tag gun.

O ia tadi saya juga order price labeller joyko yang 2 line. Bisa mengetikkan huruf dan angka juga. Asyik nih...
Berhayal lagi ah.., sambil ngebayangin hari2 besok bakal sok sibuk dan dapat menghasilkan produktifitas yang maksimal.

Semangadh........

Belajar tata

Macam-macam Kampuh
Kampuh Dasar (Menggabungkan)
Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada
pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu
belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa
sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan
supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun
diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan
cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua
ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan
yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam
antara lain:
1. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya
terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:
a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,
penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras
dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.
b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu
penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan tusuk balut.
c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu
penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan

dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di
pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria
(celana pria).
d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit
dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya
dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.
Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian
bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi
mantel, sisi celana, dan belakang celana.

kampuh-buka

Gambar 31. Kampuh terbuka
2. Kampuh Balik
Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik
membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,
pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk
(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3
mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian
dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik
dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling
besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:
a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis
b. Menjahit kemeja

c. Pakaian tidur dsb.

kampuh-balik

kampuh-balik

Gambar 32. Kampuh balik
3. Kampuh Pipih
Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan
pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu
setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar
atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).
Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya
bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan
lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain
sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.

kampuh-pipih

kampuh-pipih

Gambar 33. Kampuh pipih
4. Kampuh Perancis
Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu
jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.
Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/
pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)
dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.
Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.

kampuh-perancis

kampuh-perancis

Gambar 34.Kampuh perancis
5. Kampuh Sarung
Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua
sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai
berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1
cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi
saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya
sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari
bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit
kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika
menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,
jas, dan jaket.

kampuh-sarung

kampuh-sarung

Gambar 35. Kampuh sarung
C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana
1. Menjahit Tepi Pakaian
Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung
lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.
Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.
a. Teknik mengelim
Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta
jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian
bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk
gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada
juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada
keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.
Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,
supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim
dapat dikerjakan dengan tangan.
1) Mengelim
Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung
lengan dsb.
Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,
lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:
a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan
b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan
dibantu dengan jelujuran
c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam
lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum
tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan
pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,
sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini
dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya
hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas
lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan
agar tidak lepas.

penyelesaian kelim

penyelesaian kelim

Gambar 36. Mengelim
2) Kelim sumsang
Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,
tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu
dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan
tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama
dengan mengelim.

kelim-sungsang

kelim-sungsang

Gambar 37. Kelim sungsang
3) Kelim tusuk flanel
Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di
obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk
teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih
berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,
blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :
a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di
bantu dengan jelujur;
b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman
tidak tembus sampai keluar dan yang satunya
dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah
mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak
satu baris dengan jarak 0.5 CM

tusuk flanel

tusuk flanel

Gambar 38. Kelim tusuk flannel
4) Kelim yang dirompok
Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal
seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan
disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok
dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian
baru di sum.

kelim-yag-dirompok

kelim-yang-dirompok

Gambar 39. Kelim yang dirompok
5) Kelim palsu
Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila
panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan
yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim
palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara
menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan
bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika
bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain
penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara
penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan
bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim
dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak
lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,
tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum
tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit
mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.

kelim-palsu

kelim-palsu

Gambar 40. Kelim palsu
6) Kelim tindas
Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara
mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai
dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,
kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu
jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk
pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah
rok, blus, dsb.
7) Kelim konveksi
Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk
menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,
kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim
tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.
Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan
dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.
8) Kelim rol.
Dapat dibuat dengan dua cara :
a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan
memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.
b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,
dengan memakai jarum tangan dengan cara
menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan
tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk
mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju
kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.

kelim-rol

kelim-rol

Gambar 41. Kelim rol
9) Kelim som mesin
Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di
bagian baik seperti som tangan tetapi dengan
menggunakan mesin, caranya :
a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan
yang diinginkan
b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman
kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya 0.2 cm
c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin
sedikit di angkat
d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus
berulang-ulang sampai selesai
e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin
serbaguna
f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin
khusus untuk garmen .
g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk
konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan
efisien.

kelim-som-mesin

kelim-som-mesin

Gambar 42. Kelim som mesin
b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok
Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai
untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,
antara lain:
1) Depun
Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya
kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim
pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama
bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi
bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat
depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4
cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.
Caranya sbb :
a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan
didepun (leher).
b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik
busana kemudian
dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan
jarum pentul atau jelujuran
c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan
dengan jarak 1 s.d 2 cm.
d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.
e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih
dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm

pemasangan-depun

pemasangan-depun

Gambar 43. Pemasangan depun
2) Serip
Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang
hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi
untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu
serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian
busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung
lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna
kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau
kain yang warnanya sepadan (serasi).
Cara menjahitnya:
a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit
depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar
dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.
Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan
serip kain bagian baik menghadap ke bagian
buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.
b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting
kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.
c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke
luar (kampuh terjahit).
d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan
seterika agar rapi
e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam
lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.

serip

serip

Gambar 44. Serip
3) Rompok
Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian
dengan menggunakan kumai serong atau bisban.
Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar
kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya
hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d
0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.


Kumai serong didapat dengan menggunting bahan
(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara
melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan
lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat
dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam
warna.
a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan
sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar
yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan
tanda.
b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan
kain lurus. Menyambung kain serong harus
sesuai dengan arah benang.
c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian
pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi
atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada
bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada
garis princes, garis empire atau pada kerah.
d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:
Tempat memasangkan rompok pas pada tanda
pola (gambar a)
1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan
dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian
baik, bagian baik bahan berhadapan, dan
rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan
(gambar b)
2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang
diinginkan dan dibagian dalam tiras kain
serong dilipatkan melebihi batas rompok
sebesar 1 mm (gambar c)

menjahit-rompok

menjahit-rompok

Gambar 45. Menjahit rompok


2. Pemasangan Lengan
Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,
lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan
sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga
berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip
ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar
kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari
garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang
menyatu dengan badan.
a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung
lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan
yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan
enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara
pemasangannya adalah sebagai berikut:
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm.
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.

tknik-pemsgn-lengan

Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin


b) Lengan poff
Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada
puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan
anak-anak.
Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai
kebutuhan/desain
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.

pemasangan lengan puff

pemasangan lengan puff

Gambar 47. Lengan poff
c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher
sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka
maupun bagian belakang.
Cara menjahitnya adalah :
1) Satukan badan muka dengan lengan muka
2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang
3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah
busana kiri dan kanan.

engan-raglan

Lengan-raglan

Gambar 48. Lengan raglan
d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan
badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai
panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis
bahu dibuat pada lipatan kain)
Cara menjahitnya :
1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian
belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan
kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).
2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian
lengan sudah dibentuk

lengan-setali

lengan-setali

Gambar 49. Lengan setali


3. Pemasangan Kerah
Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian
yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam
bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain
kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .
a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip
Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan
bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang
seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak
cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan
kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan
keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang
kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.
Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian
kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis
kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan
macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan
adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,
pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti
pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)
cukup dengan pelapis resin (staflek).
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah
pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu
permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat
menempel pada bahan busana dengan cara memberi
pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan
sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.
Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama
dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan
dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan
lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara
menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk
bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin
press atau seterika press.
Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip
adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).
1) Kerah rebah ( kerah terletak)
Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini
banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan
busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama
untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda
antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.
Teknik menjahitnya sama yaitu:


a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm
b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan
ukuran sama dengan pola.
c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh
kecuali pada bagian leher
d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas
setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar
bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di
press ( ketika menggunting tiras jangan sampai
tergunting benang setikan )
e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai
serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian
baik, kerah dan depun.
f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar
leher sesuai dengan tanda pola.
g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas
seperti memasang depun
h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan

kerah-rebah

kerah-rebah

Gambar 49. Kerah rebah
2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah
Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah
kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah
ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan
dan membantu memperindah bentuk kerah.
Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah
bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan
penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula
digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini
mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan
bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau


bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan
kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.
Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,
tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat
tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian
atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah
kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak
boleh distik dengan mesin.
Cara menjahit kerah kemeja :
a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua
dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.
Beri tanda pola pada masing-masing bahagian
kerah.
b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda
pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah
bagian bawah atau kerah bagian atas atas
(sesuaikan dengan jenis bahan).
c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian
penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi
bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum
pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah
selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk
membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus
(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.
d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian
tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada
sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung
kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk
mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.
e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.
f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak
bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas
pada kerah bagian atas kerah terletak antara
penegak kemudian jelujur
g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.
Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.
Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.
h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga
kampuh berada pada bagian dalam kerah.
i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher
kemudian jelujur.
j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai
dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas
penegak, terus pada garis leher dan kembali
ketengah belakang.


3) Pemasangan kerah dengan lapisan
Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah
shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collar). Kerah shiller
(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka
dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi
bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan
kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan
tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena
ada pembentukan sesuai model pada river bagian kerahnya.
Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan
dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya
dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti
kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang
pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah
dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.

gb-krh-shilersetalijas
Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas
4) Pemasangan kerah Shiller
Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah
bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah
pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai
rever dan garis patahan kerah.
Cara mengerjakan:
a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar
pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut
serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.
Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.
b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah
dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.


c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis
berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh
kedua ujung kerah.
d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah
e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,
kemudian dipress
f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis
tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai
batas tengah muka
g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian
sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,
kemudian pentul dan jelujur.
h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan
kanan kemudian lipatkan kearah kerah.
i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri
sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk
kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung
gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.
j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan
rapikan bentuk sudut lidah belahan.
k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam
kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, pentul dan jelujur.
l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah
bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.
Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.
5) Pemasangan kerah setali (shall collor)
Cara mengerjakan:
a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah
muka sudah berbentuk/pakai kerah
b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.
c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan
tengah muka badan kemudian interlining di press.
d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada
garis leher belakang
e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian
bawah kemudian bukakan kampuhnya
f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis
leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, kemudian jahit mesin
g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang
h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang
dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris
leher
i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah
bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri
sampai kanan blus
j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian
baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit
mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir
bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya
k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah
kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih
kurang 1 mm dari sambungan garis leher
l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam
pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah
sampai garis belahan
m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti
garis lipatan
n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,
kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah
bagian bawah
o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian
dengan tusuk sum.
D. Belahan Busana
Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu
juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada
belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.
Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,
ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian
pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model
busana atau desain.
Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda
sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau
macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan
langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan
belahan tutup tarik.
1. Belahan Langsung
Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat
sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya
dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah
belakang.
Tekniknya sebagai berikut:


a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka
dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,
dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat
dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang
keluar.
b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),
belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.
c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian
kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan
dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan
kemeja.

belahan-langsung

belahan-langsun

Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung
2. Belahan berlapis
Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.
Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan
satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai
serong dan belahan dilapis menurut bentuk.
Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur
sama dan satu lajur.
a. Belahan dua lajur
Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju
kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini
juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak
sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur
yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan
lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,
antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,
umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.
b. Belahan dua lajur sama
Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan
panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan
lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.
Cara menjahitnya :
1) Tentukan tempat belahan seperti gambar
(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah
dijahit 2 cm
2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung
lajur ditipiskan, seperti gambar (b)
3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada
sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari
tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a
ke b
4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat
guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar (c)
5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah
ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat
kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit
dengan mesin, seperti gambar (d)
6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,
selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan
tusuk kelim.

belahan dua lajur sama

belahan dua lajur sama

Gambar 52. Belahan dua lajur sama
c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.
Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan
dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.
Cara menjahitnya:
1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm
sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)
2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah
sepanjang belahan.
3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke
bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan
dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada
jahitan pertama (b).
4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik
sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)
5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih
bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik
tepat pada jahitan pertama (d).
6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk
runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis
batas panjang belahan.
7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil
turut dijahit.
8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi
melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.

belahan-dua-lajur-tdk-sama

belahan-dua-lajur-tdk-sama

Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama


d. Belahan dengan Kumai Serong
Belahan dengan memakai kumai serong pada
umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.
Cara menjahitnya:
1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya
sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm
untuk kampuh.
2) Tentukan tempat belahan (a)
3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan
tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi
bagian baik berhadapan dengan bagian baik.
Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari
tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.
Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung
belahan digunting menyerong.
4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya
selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi
lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur
tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari
bagian baik.
5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan
tusuk balut.
6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama
dengan lajur.
7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk
feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,
tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau
trens sebagai penguat.

belahan-dg-kumai-serong

belahan-dg-kumai-serong

Gambar 54. Belahan dengan kumai serong
e. Belahan dilapis menurut bentuk
Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis
dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak
digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang


atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang
tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah muka.
Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk
belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan
blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan
yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,
diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.

belahan-dilapisi-mnrt-bentuk

belahan-dilapisi-mnrt-bentuk

Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk
Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya adalah :
a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,
dengan ukuran lebih kurang 1 cm.
b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu
dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting
halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.
c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,
kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.
2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing
sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit
pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang
dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan
sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan
dengan desain.l
3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka
(seperti belahan baju kurung).
Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan
depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan


adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan
kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling
leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan
ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain
diarahkan kepelapis
4. Belahan tutup tarik
Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup
tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk
tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan
sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak
pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan
fungsinya.
Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan
membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga
berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut
Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah
adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup tarik.
Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:
a. Belahan tutup tarik simetris
b. Belahan tutup tarik asimetris
c. Belahan tutup tarik tersembunyi
d. Belahan tutup tarik terpisah
e. belahan tutup tarik memakai golbi.
Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga
bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu
disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan
pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.
Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.

gb-mcm-mcm-tutup-tarik
Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)


a) Tutup tarik simetris
Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan
yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,
dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup
tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.
Teknik pemasangannya:
(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam
pakaian
(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik
(3) Bukakan kampuh dan pres
(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan
jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih
kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan
(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri
dan kanan dari bagian dalam pakaian
(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian
mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga
terdapat dua lidah yang sama besar.
Gambar 57. Tutup tarik simetris
b) Tutup tarik asimetris
Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,
sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik
pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai
langkah ketiga dan pada langkah keempat.
(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih
kurang 2 mm dari tanda kampuh.
(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan
sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾
s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar
menghadap keatas.


Gambar 58. Tutup tarik asimetris
c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)
Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan
belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup
tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang
memakai kampuh.
Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,
yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting
hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus
untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan
(terowong) gigi restleiting.
Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari
luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini
banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena
terkesan pemasangannya juga halus.
Teknik pemasangan sebagai berikut:
(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu
dijahit kampuh sisa
(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan
dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir
gigi
(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi
restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu
mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik
bukaan
(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan
yang bagian kiri.
d) Belahan tutup tarik celana
Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan
teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan
gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk
celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah
kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan


untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan
klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri
dibawah) atau kebalikan dari celana pria.
Teknik pemasangannya
(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan
(2) Celana bagian depan yang telah digunting
(3) Klep
(4) golbi
Gambar 59. Perlengkapan pemasangan tutup tarik
Penyelesaian klep
(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada
celana
(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap
keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting
tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian
yang baiknya berhadapan
(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan
setikan yang sama
(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,
dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari klep ).
Gambar 60. Penyelesaian klep

c d
Penyelesaian golbi
(a) Jahitlah golbi rangkap dua pada bagian yang melengkung
retak-retaklah pada bagian yang melengkung dengan ujung
gunting yang tajam kemudian balikkan. Jahit tindas dari
bagian baik, kemudian buatlah jahitan sepenuh gulbi
dengan jarak ½ s.d ¾ cm
(b) Jahitlah gulbi pada celana kiri, dari pinggang 1 mm diluar
garis pola sampai keujungnya. Golbi diarahkan kekiri dan
ditindih.
Gambar 61. Penyelesaian golb i
Penyelesaian akhir
(a) Hubungan badan kiri dan kanan jahit pada bagian buruk
mulai dari pesak sampai retsleiting
(b) Jahitlah retsleiting yang sebelahnya lagi pada golbi dengan
mengatur jarak, supaya retsleiting terjahit dengan rapi
(c) Lipatlah golbi pada celana dan dijahit dari bagian luar
selebar 4 cm dengan bentuk yang baik (lihat gambar). Ingat
jangan terjahit klepnya.
(d) Pada bagian pesak dijahitkan sisa klep dengan dilipit kecil
sebesar 1 c, sebagai penguat pesak.
(e) Hasil akhir
Gambar 62. Penyelesaian klep
c d e
3. Membuat rumah Kancing dan Pemasangan
Kancing
Kancing dan rumah kancing dipakai untuk menutup belahan
yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu pada bagian
kiri dan bagian kanan busana. Pemasangan kancing pada
umumnya di bagian tengah muka, tengah belakang dan ada
juga yang disisi ataupun pada bahu, letaknya tersebut
disesuaikan dengan desain.
Untuk busana wanita letak belahan yang bagian kanan
diatas dan bagian kiri dibawah atau rumah kancing terletak
sebelah kanan dan kancing baju terletah disebelah kiri.
Sedangkan untuk pria belahan bagian kiri diatas dan belahan
bagian kanan dibawah (kebalikan dari letak belahan pakaian
wanita).
Posisi rumah kancing ada yang memanjang dan ada
melebar/membujur, tergantung jenis belahannya. Belahan yang
pelapisnya mengarah kedalam, rumah kancingnya dibuat
melebar, sedangkan belahan yang pelapisnya mengarah
keluar, atau belahan yang memakai serip, letak lobang kancing
membujur.
Teknik membuatnya:
a. Jelujur garis tengah muka dan tentukan jarak atau
tempat lobang kancing.
b. Memberi tanda pada tempat yang akan dilobangi,
ukurannya dilebihkan 0,5 mm dari garis tengah kancing,
agar kancing leluasa keluar masuk. Kemudian tanda
tadi dilobangi dengan gunting yang tajam dengan
pendedel, lalu dijelujur rapat disekeliling lobang kancing
untuk penahan.
c. Kemudian lobang kancing dijahit dengan tusuk rumah
kancing
Rumah kancing ini ada 3 macam yaitu rumah kancing biasa,
rumah kancing possepoile dan rumah kancing sengkelit. rumah
kancing biasa dapat dibuat dengan tangan yaitu dengan
menggunakan teknik rumah kancing atau dengan tusuk
festoon, biasanya digunakan untuk blus wanita, kemeja, atau
busana anak-anak.
1) Rumah kancing biasa
Rumah kancing biasa, dibuat dengan mesin caranya sbb:
a). Menggunakan mesin biasa dengan tusukan lurus,
caranya dengan memasangkan alat pada mesin yang

membuat tusuk zig-zag adalah gerakan alat yang
bergerak kearah kiri dan kanan. Sementara tusukan
mesin tetap lurus sehingga hasilnya menjadi zig-zag.
b). Menggunakan mesin jahit khusus, lobang kancing ini
banyak dipergunakan untuk membuat rumah kancing
pada industri pakaian jadi (garmen).
c). Menggunakan mesin serbaguna, bila memakai mesin
serbaguna dengan cara menyetel setikan pada setikan
zig-zag atau memasangkan alat (suku cadang khusus)
atau mengikuti teknik dari mesin tersebut, karena mesin
serbaguna banyak sekali merek dan spesifikasinya.
Untuk melobanginya dengan bantuan tusukan
jarum pentul pada kedua ujung lobang kancing, lalu
digunting dengan ujung gunting atau pendedel sampai
batas ukuran lobang kancing. Fungsi jarum pentul disini
agar tidak robek melebihi ukuran lobang kancing.
Gambar 63. Proses menoreh rumah kancing dengan mesin
2) Rumah kancing passpoille (kumai serong).
Rumah kancing pass poile biasanya dipakai untuk
belahan busana kerja wanita dan pria, atau untuk busana yang
terbuat dari bahan-bahan yang agak tebal seperti polyester,
wool atau bahan campuran. Lebar bis lobang kancing berkisar
antara 0,4-0,5 cm, bis dibuat dari bahan yang sama dengan
memakai bahan serong.
Teknik menjahit nya:
a). Beri tanda rumah kancing dan dempetkan kumai serong
tepat di atas tanda dengan posisi bagian baik pakaian
keatas, dempetkan kumai serong bagian baik
menghadap bagian baik busana sesuai dengan ukuran
panjang lobang kancing (garis tengah kancing) dan
ditambah 3cm.
b). Pindahkan tanda panjang dan lebar lobang kancing
kebahan busana.
c). Jelujur dan jahit mesin sisi sebelah atas dan sisi sebelah
bawah belahan.
d). Gunting garis tengah belahan dengan cara menggunting
garis-garis tengah mulai dari tengah sampai 0,8 cm
sebelum ujung sampai kedua ujung dan dari sini di
gunting arah diagonal menuju sudut.
e). Balikkan bis kebahagian dalam pakaian dan rapikan
lebar bis, lalu rapatkan belahan dengan tusuk balut.
f). Jahitkan guntingan sudut segitiga pada bahagian dalam
pakaian lalu di stik mesin garis lebar bis pada kedua
sisinya dari bahagian luar pakaian.
g). Gunting celahan pada lapisan belahan bahagian dalam
pakaian sama lebar dengan lebar lobang kancing,
kemudian jahit dengan tusuk balut
Gambar 64. Rumah kancing passpoille
3) Rumah kancing sengkelit
Rumah kancing sengkelit yaitu rumah kancing yang di buat
dari kain serong berbentuk pipa. Rumah kancing ini di buat
untuk pakaian kebaya terbuat dari bahan renda seperti bahan
brokad dan pada belahan yang dilapisi menurut bentuk yang

digunakan pada tengah muka atau tengah belakang blus atau
gaun dan pada ujung lengan. Kancing yang digunakan paling
baik adalah kancing bulat atau kancing bola (ball buttons).
Rumah kancing sengkelit juga dapat di gunakan sebagai
variasi atau hiasan, baik diujung lengan, kerah saku, maupun
tengah muka seperti yang sering terdapat pada pakaian orang
cina. Rumah kancing ini dibuat sebelum belahan pakaian
diselesaikan karena pipa dipasangkan di antara lapisan
belahan. Langkah kerja adalah sebagai berikut:
a). Gunting kain serong dengan ukuran lebar 1,5 cm dan
panjang sesuai dengan keinginan.
b). Lipat dua lebar kain serong dengan bagian buruk kain
berada sebelah atas dan jahit mesin lebar pipa 0,3 s.d 0,5 cm.
c). Pasangkan benang yang besar pada jarum tangan.
d). Tusukkan jarum pada salah satu ujung pipa sampai
ujung terakhir (untuk membalikkan pipa).
e). Tarik jarum dan benang sehingga seluruh pipa
dibalikan pada bahagian baik kain.
Membentuk sengkelit pipa memakai tali.
Cara mengerjakan:
(1). Gunting kain serong dengan ukuran lebar diameter
tali ditambah 2,5 cm.
(2). Potong tali dengan ukuran panjang dua kali panjang
kain serong.
3. Lipat dua lebar kain serong dengan bahagian buruk
kain berada sebelah atas.
(4). Masukkan tali diantara kain serong dan jahit mesin
dengan menggunakan sepatu jahit khusus untuk
menjahit tutup tarik
(5). Rapikan dan kecilkan tiras.
(6). Tarik ujung tali sehingga semua pipa dibalikkan
pada bahagian baik kain
Gambar 65. Membalikkan sengkelit
Memasangkan sengkelit pipa pada belahan.
Cara mengerjakan:
1) Buat dua buah garis paralel pada kertas pertama 0,6 cm dari
pinggir dan kedua sama dengan ukuran diameter kancing.
2) Buat dua buah garis melintang dengan ukuran sama dengan
diameter kancing.
3) Letakkan pipa pada garis parallel, kemudian pentul pada
kedua garis melintang untuk menentukan panjang pipa dan
beri tanda.
4) Potong pipa sesuai dengan tanda panjang yang sudah
ditentukan, dan sejumlah yang dibutuhkan.
5) Buat tanda tempat pemasangan pipa pada belahan pakaian.
Pemasangan pipa ada yang rapat atau tidak berjarak antara
pipa yang pertama dengan pipa yang lainnya dan ada yang
diberi jarak.
6) Letakkan pipa pada tempat yang sudah diberi tanda dan jahit
dengan mesin pada tanda garis tengah belahan.
7) Dempetkan bagian baik lapisan belahan diatas pipa dan jahit
dengan mesin pada tanda garis tengah belahan.
8) Bukakan kampuhnya dan pres.
9) Balikkan lapisan kearah bagian dalam pakaian, dan jahit
mesin garis sambungannya.
10) Jahitkan pinggiran dalam lapisan dengan tusuk sum pada
pakaian.
Gambar 66. Rumah kancing sengkelit
E. Menyelesaikan Busana Dengan Alat Jahit Tangan
1. Memasang Kancing
Posisi pemasangan kancing hendaklah tepat digaris tengah
muka atau tengah belakang, maka dari itu untuk belahan biasa
yang sudah dilebihkan lidah belahannya 2 atau 1,5 cm maka jelujur
terlebih dahulu tepat pada garis tengah muka atau tengah
belakang, agar tepat.
Kancing berfungsi untuk mengancingkan belahan (penutup
belahan) atau juga untuk hiasan atau variasi busana. Bermacammacam
bentuk dan model kancing, yaitu kancing lobang dua, dan
kancing lobang empat, kancing bertangkai, kancing hias, kancing
jepret dan kancing kait.
a. Teknik memasang kancing lobang dua dan empat
Teknik pemasangannya yaitu membuat tusuk awal dengan
menyisipkan ujung benang diantara dua belahan dan membuat
satu atau dua tusukan kecil sebagai penguat kemudian
memasukkan jarum dari bawah pada lobang pertama dan
keluar pada lobang kedua, ulangi dengan cara yang sama
sampai 4 atau 5 kali dan putar kancing dengan pakaian dililitkan
agar berkaki. Kalau untuk lobang empat dapat dibuat dengan
dua garis sejajar atau garis silang diatas kancing dengan cara
mengeluarkan dan memasukkan jarum pada sudut yang
berhadapan tiga sampai empat kali, kemudian dibalut antara
kancing 1,2 dan 3 kali putar.benang yang merentang dekat
jarum pentul, setelah pentul tadi dicabut benang tersebut dibalut
untuk dijadikan kaki kancing.
Gambar 67. Pemasangan rumah kancing dua dan empat lobang
b. Teknik menjahit kancing bertangkai
Cara memasangnya yaitu dengan membuat tusuk pada
tanda tempat kancing, kemudian membuat 4 samapi 5 tusukan,
dan terakhir berikan tusukan penguat.
Gambar 68. Pemasangan kancing bertangkai
c. Teknik menjahit kancing jepret
Cara memasangnya yaitu kancing jepret dijahitkan dengan
tusuk balut atau dengan tusuk festoon. Setiap rumah kancing
dibuat 4 sampai 5 kali tusukan, dan usahakan tusukan tidak
tembus ke luar.
Untuk jenis busana yang berkualitas tinggi, biasanya
kancing jepret dibungkus dengan bahan yang tipis dan sewarna
dengan bahan busananya. Cara membungkus kancing jepret
dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 69. Pemasangan kancing jepret
d. Teknik menjahit kancing kait.
Biasanya kancing kait terdiri dari dua bagian, yaitu kaitan
dan matanya. Memasang kancing kait ini diselesaikan dengan
tusuk feston atau tusuk balut.
Gambar 70. Pemasangan kancing kait
F. Menyiapkan Tempat Kerja
Mengatur tempat kerja menjahit dengan tangan berbeda
dengan tempat kerja menjahit dengan mesin. Bekerja di sekolah
berbeda dengan tempat kerja di sebuah usaha busana, juga
berbeda dengan tempat kerja menjahit untuk ibu rumah tangga.
Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan mengingat tertib kerja
dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa yang sedang
mengikuti praktek busana atau karyawan sebuah usaha busana
dan seorang ibu rumah tangga yang sedang menjahit, tentu akan
bisa bekerja dengan senang. Ruang kerja dan alat yang diperlukan
yaitu yang ergonomik dengan kata lain alat yang sesuai dengan
kebutuhan.
Menjahit dengan tangan adalah segala kegiatan yang
pengerjaannya semata-mata dengan tangan, seperti memasang
kancing berlobang, kancing jepret, kancing kait dll.
Untuk itu di ruang menjahit dengan tangan, sebaiknya
disiapkan tempat kerja se asri mungkin, serta alat yang dibutuhkan
disusun sesuai dengan tertib kerja sehingga dapat menambah
keindahan dan dayaguna praktek menjahit. Dalam kegiatan
menjahit dengan tangan bagi siswa disekolah sebaiknya disiapkan
kotak jahitan yang isinya: gunting, jarum tangan, jarum pentul,
benang, cincin jari, pendedel, centimeter dan alat-alat yang
diperlukan untuk menjahit tangan lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan
masing-masing alat tersebut:
1. Alat Menjahit Dengan Tangan.
a. Macam-macam gunting dan alat pemotong
Alat potong dalam jahit menjahit ada bermacam-macam
dengan fungsi yang berbeda-beda pula seperti: gunting kain
yaitu gunting yang digunakan untuk menggunting kain, gunting
zig zag , gunting rumah kancing, gunting bordir, gunting tiras,
gunting listrik, gunting benang jelujur, alat pembuka jahitan atau
pendedel.
Gunting kain paling banyak digunakan sedangkan yang
lainnya hanya sesuai dengan keperluan, gunting harus tajam,
untuk menguji ketajaman gunting dengan cara menggunting
perca pada bahagian seluruh mata gunting jika bekas guntingan
pada perca tidak berbulu berarti gunting itu cukup tajam untuk
kain.
Gambar 71. Alat pemotong
b. Alat ukur
Untuk proses pembuatan pakaian mulai dari persiapan pola
sampai penyelesaian diperlukan beberapa alat ukur, yang
penggunaan alat ini berbeda sesuai fungsinya. Ketelitian dalam
mengukur sangat memberikan sumbangan untuk memperoleh
hasil yang berkualitas,. Saat mengukur haruslah diusahakan
setepat mungkin.
Pita ukuran dalam perdagangan ada yang terbuat dari
plastik, kain, dan kertas, pita ukuran yang terbuat dari kertas
mudah robek. Garis-garis dan angka-angka pita ukuran harus
dicetak terang pada kedua sisinya, logam yang menjepit ujung
pita harus rapi.
Mistar dapat terbuat dari kayu, aluminium dan plastik, alat
pengukur panjang rok dapat distel dan alat ini lengkap dengan
alat penyemprot, sebelumnya juga dapat dilakukan dengan
centi meter (pita ukuran) kemudian ditandai dengan jarum
pentul ini sekarang masih banyak dipakai karena masih praktis
terutama bagi orang-orang yang sudah terampil.
Gambar 72. Alat-alat ukur
c. Alat pemberi tanda pada bahan
Alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pada bahan
adalah rader, karbon jahit, pensil kapur, Rader biasanya
digunakan berpasangan dengan karbon jahit, rader ada yang
memakai gigi dan ada yang licin. Waktu pemakaian rader

144
rodanya dapat dipergunakan dengan lancar dan tidak oleng dan
hasilnya dapat memberikan bekas yang rapi, karbon jahit yang
dipakai yaitu karbon jahit yang khusus untuk kain. Warna
karbon bermacam-macam ada berwarna putih, kuning, hijau,
merah. Jangan memakai karbon mesin tik karena karbon
mesin tik tidak dapat hilang walaupun sudah dicuci.
Kapur jahit, berbentuk segitiga dengan warna putih, merah,
kuning, biru, pensil jahit juga mempunyai isi kapur yang
mempunyai warna yang beraneka ragam memilih warna kapur
atau pensil kapur yang berbeda dengan warna kain.
Gambar 73. Alat pemberi tanda pada bahan
d. Jarum
Jarum-jarum mempunyai nomor menurut besarnya.
Pemilihan nomor jarum harus disesuaikan dengan bahan yang
akan dijahit. Pada umumnya syarat macam-macam jarum
adalah ujungnya cukup tajam bentuknya ramping dan tidak
berkarat. Dalam jahit menjahit perlengkapan menyemat dan
jarum terdiri atas jarum jahit mesin jarum tangan, jarum pentul,
pengait benang dan tempat penyimpan jarum. Jarum mesin
yang baik terbuat dari baja ujung tajam agar bahan yang dijahit
tidak rusak. Jarum tangan sama yaitu terbuat dari baja
mempunyai tingkatan nomor, jarum tangan yang baik panjang
dan ramping. Jarum jahit tangan digunakan untuk menghias
menyisip dan menjelujur. Jarum pentul yang baik juga terbuat
dari baja panjang 2,5 cm sampai 3 cm. jarum pentul yang
berkepala dengan warna bermacam-macam itulah yang tajam.
Pengait benang digunakan untuk pengait benang kelubang
jarum. Alat ini sangat berguna bagi mengalami kesulitan dalam
memasukkan benang ke lubang jarum karma penglihatan yang
kuran tajam.
e. Tempat menyimpan jarum
Tempat menyimpan jarum-jarum digunakan kotak atau
bantalan jarum, jarum pentul atau jarum mesin disematkan
pada bantalan jarum.
Gambar 74. Tempat menyimpan jarum
2. Perlengkapan memampat
Perlengkapan memampat atau mempres diperlukan untuk
memampat kampuh lengan, kampuh bahu dan kampuh bagian
busana lainya. Pekerjaan memampan sangat diperlukan ketika
menjahit pakaian agar hasil jahitan lebih rapi. Sebenarnya
keberhasilan dalam menjahit sangat tergantung dengan proses
kerja waktu menjahit. Perlakuan yang cermat dan hati-hati selama
tahapan pembuatan busana akan menghasilkan busana yang
tampak indah dan hanya membutuhkan sentuhan ringan sewaktu
penyelesaian anda akan temukan bahwa lebih cepat dan lebih
mudah ditemukan pada unit-unit begitu anda menjahitnya misalnya
tekanlah semua bentuk-bentuk atau penutup kantong dan lainnya.
a. Menyiapkan Tempat dan Alat Press (Pressing)
Pressing memberikan pengaruh yang besar pada tampilan
hasil pakaian, sehingga akan meningkatkan kwalitas dan harga
jual pakaian tersebut. Proses pressing dapat dibagi dua
kelompok yaitu:
1). Pengepressan selama pembuatan pakaian yang disebut
under pressing.
2). Pengepressan setelah pembuatan busana selesai disebut
top pressing.
Tujuan dari pressing adalah untuk menghilangkan
kerutan atau menghaluskan bekas-bekas lipatan yang tidak
diinginkan untuk membuat lipatan-lipatan yang dinginkan.
Untuk membentuk mencetak busana sesuai dengan lekuk
tubuh, untuk mempersiapkan busana ke proses berikutnya
dan untuk memberikan penyelesaian akhir pada busana
setelah proses pembuatan.
a). Alat-alat Pressing yang Dibutuhkan
1) Setrika uap
2) Alas plastic yang dilapisi busa tebal
3) Mesin leger, yang berfungsi untuk mengepres
busana dari paha ke atas (biasa digunakan di
garmen)
4) Mesin topper, yang berfungsi untuk mengepres
busana dari paha ke bawah (biasa digunakan di
garment)
5) Sterika press yang dapat distel suhunya dan
mempunyai semprotan airnya.
6) Meja sterika (papan sterika)
7) Papan lengan yang khusus untuk lengan dengan
ukuran papan, dimana lengan dapat dimasukkan
pada papan lengan.
8) Bantalan press yang berfungsi untuk membantu
menekan dan sebagai alas untuk mempress
puncak lengan.
9) Mesin press yang umum dipakai perusahaanperusahaan
garment (konveksi)
10) Mesin press juga banyak model atau tipenya, dan
fungsi utamanya untuk mempress.
G. Mengerjakan Pengepresan.
Pressing yaitu melakukan proses penekanan agar bahan lebih
rapi dan berkualitas tinggi, dengan cara kerjanya:
1). Memeriksa busana yang akan dipres agar jelas yang akan dilakukan
2). Mempres bagian atas dan bawah
3). Mempres setikan kelim bawah
4). Mempres ban pinggang, saku atau bagian-bagian busana lainnya.
Pengaturan suhu sewaktu pengepresan disesuai-kan dengan bahan
yang akan di press.
(a). Pengepresan dengan strika press
Pada alat tersebut sudah ada tombol pengatur suhu. Suhu
maksimal 1100 watt. Tombol yang nomor 6 dengan panas
maksimal 1100 watt. Tombol nomor 1, 2 dan 3 pressnya sama
dengan memakai strika biasa tanpa uap air. Untuk tombol 4, 5
dan 6 dapat mempress dengan uap air. Untuk pakaian sintetis
dan silk panas maksimal sampai nomor 4, tapi harus memakai
uap air. Dan untuk katun dan lenan bisa lebih.
(b). Pengepressan dengan mesin press
Harus disesuaikan dengan tanda-tanda suhu mesin. Nomor 1
untuk nilon, nomor 2 untuk silk, nomor 3 untuk wool, nomor 4
untuk katun dan nomor 5 untuk linen. Untuk nomor 1 tanpa uap
air, untuk silk, wool, katun dan linen sudah memakai uap air.
Untuk lebih jelasnya lihat buku pedoman petunjuk pemakaian
mesin press, karena setiap tipe mesin press pengaturannya
sesuai dengan spesifikasinya masing-masing.
(c). Memakai Sterika Biasa
Bila memakai seterika biasa panasnya juga disesuaikan dengan
bahan yang akan dipress, kemudian dapat dipakai bahan katun
yang dibasahkan untuk alas pengepresaan agar hasilnya rapi
dan dapat mengatasi gosong pada pakaian. Pengaturan
suhunya nomor 2 untuk silk dan nilon, nomor 3 untuk poliester
dan rayon, nomor 4 untuk wool nomor 5 untuk katun dan nomor
6. untuk linen dengan strika yang panas maksimal 450 watt.
Seandainya memakai seterika yang panasnya 300 watt bisa
dengan panas maksimal untuk mengepres polyester dan rayon
dan dengan mengalas dengan kain katun basah.
Gambar 75. Teknik mempress dengan sterika
1. Teknik Pengepresan (Pressing)
Untuk mendapat kwalitas produk pakaian yang baik dengan
proses yang baik pula. Salah satunya teknik mempress atau
pressing ada dua tahap pengepressan
a. Pengepressan antara
Pengepressa antara yaitu pada saat proses penjahit
dilakukan pressing pada bagian-bagian pakaian yaitu
setiaplangkah menjahit di press seperti:
1) Pengepressan kampuh yaitu kampuh bahu dan kampuh
sisi, setelah bahu dan sisi disambungkan.
2) Pengepressan lipit seperti lipit pantas dan lipit-lipit lainya
bila ada.
3) Pengepressan lapisan (Interlining) pada tengah muka,
depun, krah dan sebagainya.
4) Pengepressan komponen-komponen seperti tutup
kantong sebelum dipasangkan dan persiapan bagianbagian
lainnya.
b. Pengepressan akhir
Pengepressan akhir yaitu pengepressan yang dilakukan
pada saat pakaian sudah siap (sudah jadi). Ini dapat dikerjakan
dengan sterika press dan untuk di garmen dengan produksi
yang besar dengan “Stream Doily atau stream tunnel“
2. Penyetrikaan atau pengepresan
Penyeterikaan dan prengepresan pakaian jadi dengan tujuan
menambah kerapian dan keindahan. Langkah kerja hendaklah
disesuaikan dengan desain busana, seperti contoh berikut:
a. Penyetrikaan kemeja terlebih dahulu di setrika bagian kerah
kemudian lengan dan sebagainya. Untuk kemeja lengan
pendek dapat disetrika dengan melanjutkan garis bahu
kelengan, tetapi untuk kemeja lengan panjang dengan
menyetrika mengikuti garis belahan manset lengan.
b. Untuk penyetrikaan celana dengan cara mendempetkan
kampuh sisi luar dengan sisi dalam lalu dipress berarti
patahannya ditengah muka dan tengah belakang pipa
celana. (cara ini dilakukan untuk celana yang kampuhnya
terbuka)
c. Pakaian wanita seperti rok pada saat proses menjahit,
kampuh dan lipit-lipitnya sudah dilakukan pengepresan,
sedangkan untuk penyetrikaan akhir, cara pertama adalah
menyetrika secara keseluruhan, kemudian bagian pinggang,
bagian kelim, khusus untuk pakaian kerja, baju kurung dan
blus yang mempunyai lengan licin (lengan suai)
penyetrikaan lengan tanpa patahan dari puncak lengan
tetapi patahannya sama dengan lengan kemeja lengan
panjang.
d. Pakaian anak-anak seperti gaun, atau rok yang
kembang/berkerut, di seterika dengan mengembangkan dan
jangan didempetkan kerutannya.
3. Pengemasan busana
Kemasan merupakan tampilan terakhir dari busana untuk
diserahkan pada konsumen bila ini merupakan pesanan. Sebelum
dikemas terlebih dahulu diberi label yang merupakan keterangan
atau isyarat untuk perawatan busana tersebut. Bentuk kemasan
yang baik mestinya sudah dirancang sebelumnya.
Rancangan kemasan harus disesuaikan dengan bentuk produk
dan tampilan yang diinginkan seperti untuk kemasan pakaian jadi
dengan produksi massal memakai kemasan plastik transparan atau
kotak plastik seperti kemasan untuk kemeja. Untuk kemasan jas
atau pakaian pengantin lainnya kemasan dengan gantungan yang
dilengkapi dengan sarung/plastiknya.
Fungsi kemasan disini adalah untuk keamanan, untuk
keindahan penampilan, dan untuk promosi. Dalam perancangan
kemasan ketiga unsur di atas perlu dipertimbangkan. Makin tinggi
kwalitas produk makin mewah pada kemasannya.
4. Penyimpanan busana
Penyimpanan busana sangat diperlukan agar busana tidak
rusak oleh ngengat, tempat penyimpanan diberi kamper. Busana
yang disimpan dalam lemari ada yang dilipat, ada yang digantung
seperti jas, pakaian kerja dan sebagainya. Khusus untuk pakaianpakaian
mewah seperti kebaya wanita yang terbuat dari tile (yang
lemas) dan dihiasi dengan payet-payet jangan digantung karena
akan mengakibatkan pakaian berubah ukuran menjadi lebih
panjang. Tetepi sebaliknya penyimpanan selendang yang
berjambul harus digantung, supaya jambulnya tidak berobah
bentuk. Penyimpanan kain songket tidak digantung dan tidak
dilipat, tetapi digulung dan dibalut dengan kertas koran/kertas pola
lalu dimasukan kedalam plastik yang diberi kamper.
Pengemasan pakaian dalam lemari hendaklah sejenis pada tiap
bagian lemari agar kelihatan rapi dan lebih mudah mencarinya.
Dianjurkan sekali seminggu lemari dibuka atau di anginkan agar
tidak pengap dan tidak lembab.
5. Merapikan Area dan Alat Kerja
Kerapian area kerja disaat bekerja/melakukan kegiatan
menjahit akan memberikan dorongan dalam bekerja sehingga
bekerja dapat lebih efektif dan efesien. Disamping itu juga akan
membantu keselamatan dalam bekerja.
Apa yang perlu dibudayakan dalam menata dan merapkan
area kerja adalah sebagai berikut, sesuai dengan budaya kerja 5 S
yang dikembangkan di Jepang. Konsep 5 S menitik beratkan akan
pentingnya penataan dan kebersihan di tempat kerja secara
berkesinambungan (kaizen) guna meningkatkan efesiensi proses
kerja. Istilah 5 S berasal dari huruf pertama istilah dalam bahasa
Jepang yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke.
Pengertian masing-masing elemen tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Seiri yaitu ringkas.
Jadi menyusun barang-barang atau alat-alat dapat
mengelompokkan berdasarkan urutan tingkat
kepentingannya sehingga bekerja lebih ringkas.
b. Seiton yaitu rapi.
Menyimpan barang ditempat yang tepat yang telah
ditentukan sehingga dapat cepat ditemukan pada waktu
yang dibutuhkan.
c. Seiso yaitu resik.
Barang-barang, peralatan dan lokasi kerja ataupun
lingkungan kerja selalu dalam keadaan bersih.
d. Seiketsu yaitu rawat.
Melakukan pengulangan kegiatan ringkas, rapi dan resik
sebagai kebiasaan.
e. Shitsuke yaitu rajin.
Kegiatan ringkas, rapi, resik, rawat dilaksanakan secara
disiplin dan menjadi kebiasaan hidup atau menetap dalam
diri kita.
Manfaat dari bekerja dengan budaya kerja seperti di atas adalah
membuat tempat kerja menjadi lebih teratur dan efesien sehingga
melakukan pekerjaan lebih mudah dan memberikan rasa senang.
Untuk menjahit tangan seperti menjelujur, mensum atau memasang
kancing, siapkanlah alat-alat yang sesuai dengan keperluan seperti
jarum, kancing, benang, dan sebagainya. Semua alat dan bahan ini
ditempatkan pada satu kotak, dan diletakan pada tempat tertentu.
Bekerjalah pada tempat yang rapi dan bersih sehingga tidak ada
kemungkinan pakaian ternoda.
Bila akan mengepres pakaian, siapkanlah meja setrika dan
letakkan dekat dengan colokan listrik/stop kontak. Disamping itu perlu
juga disiapkan bantalan setrika dan spray n alat-alat lain yang dirasa
perlu.
H. Menerapkan Praktek K-3
Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja di sekolah perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik guru, instruktur ataupun
siswa itu sendiri. Dengan menerapkan praktek kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja, diharapkan para pekerja/siswa akan
terlindung dari kemungkinan resiko kerja yang selalu mengancamnya,
baik yang disebabkan oleh lingkungan kerja maupun yang disebabkan
oleh pekerja/siswa itu sendiri. Pihak sekolah kejuruan secara hukum
berkewajiban untuk mengurangi resiko/kecelakaan kerja sekecil
mungkin. Jadikan keamanan kerja sebagai prioritas utama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa harus mematuhi panduan
keselamatan kerja, sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun
diri orang lain.
Ketika menjahit jika tidak berhati-hati siswa diancam oleh tusukan
jarum, gunting dan lain sebagainya. Untuk menghindari hal tersebut di
atas maka setiap bekerja harus diterapkan/dipraktekkan apa yang
dituntut oleh aturan-aturan K3. Hal tersebut sangat penting untuk
karena dapat meningkatkan kinerja sehingga siswa akan lebih produktif
dan professional dalam melakukan setiap pekerjaan menjahit atau
mempres.
Setiap siswa hendaklah selalu membiasakan diri untuk:
1). Mempelajari dan melaksanakan aturan dan instruksi keselamatan
kerja
2). Memberikan contoh cara kerja yang aman kepada siswa baru yang
kurang berpengalaman
3). Menunjukkan kesiapan dan minat untuk mempelajari dan melatih
diri terhadap kerja yang aman
4). Melakukan secara sungguh-sungguh tentang keselamatan kerja
pada setiap tugas pekerjaan.
Menerapkan praktek K3 dapat membantu kesuksesan dalam
bekerja, dan perlu juga disadari bahwa. kecelakaan-kecelakaan
yang terjadi ditempat kerja disebabkan karena persoalan teknis,
atau meletakkan alat disembarangan tempat.
Usaha untuk mencegah/memperkecil kecelakaan ditempat kerja, dapat
dilakukan dengan cara:
1). Mengadakan pengaturan tata cara kerja, menyediakan tempat alatalat
yang diperlukan
2). Menerapkan dan mematuhi peraturan sekolah dan disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, karena tempat bekerja
merupakan bagian yang penting begi siswa di sekolah, secara tidak
langsung tempat bekerja akan berpengaruh pada kesenangan,
kenyamanan dan keselamatan dari para siswa. Keadaan atau
suasana yang menyenangkan (comfortable) dan aman (safe) akan
menimbulkan gairah produktifitas kerja.
Rangkuman
Pengetahuan teknik menjahit busana sangat perlu bagi semua siswa
khususnya siswa SMK Jurusan Tata Busana. Teknik menjahit yang
benar akan menghasilkan busana yang berkualitas. Sehelai busana
dikatakan berkualitas apabila dikerjakan sesuai dengan teknik jahit
yang sesuai dengan desain, jenis bahan yang dipakai, dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan zaman, maka desain busana berkembang dengan
pesat sekali. Perkembangan desain busana harus diimbangi dengan
teknik menjahit busana itu sendiri. Perkembangan desain seperti
berfariasinya desain kerah, desain lengan, desain rok, desain blus dan
lain sebagainya, mesti diiringi dengan teknik jahit yang sesuai dengan
desain masing-masing.
Untuk menerapkan teknik jahit yang benar dan sesuai dengan desain
busana, diperlukan pengetahuan tentang teknik dasar menjahit,
kampuh dasar (menggabungkan), teknik menjahit bagian-bagian
busana, teknik menjahit belahan busana.
Didalam kegiatan menjahit, siswa tata busana juga harus mampu
menyiapkan/menata tempat kerja yang sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, antara lain menyiapkan tempat untuk kegiatan menjahit
dengan mesin, mejahit dengan tangan, melakukan pengepresan, dan
merapikan area tempat kerja serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja

Kompetensi yang diharapkan dari materi diatas adalah :
1. Teknik dasar menjahit, kampuh dasar (menggabungkan),
Teknik menjahit bagian-bagian busana, terampil membuat
bermacam-macam belahan busana.
2. Mampu menyiapkan tempat dan alat pres, melakukan
pengepresan (pressing), mencakup kemampuan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan pengepresan antara didalam
membuat busana.
3. Mampu menerapkan praktek Kesehatan dan keselamatan
kerja dalam mengepres.

Belajar Tata Busana dari Bloger

TEKNIK MENJAHIT BUSANA

Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil

(produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat

serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari

proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka

tidak akan tercapai produk yang berkualitas baik. Untuk membuat

suatu busana agar mendapatkan hasil yang optimal, teknik yang

dipakai harus di sesuaikan dengan desain busana dan juga

disesuaikan dengan bahan dasar (pabrik) yang dipakai. Berikutnya

marilah kita lihat teknik menjahit busana yang perlu disesuaikan

dengan desain agar kita dapat memilih dan menerapkan teknik yang

tepat dan sesuai dengan busana yang akan dibuat.

A. Tusuk Dasar Menjahit

Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan.

Ada beberapa tusuk dasar yang biasa digunakan dalam menjahit

busana, antara lain adalah sbb:

1. Tusuk Jelujur

Teknik membuat tusuk jelujur, yaitu dimulai dari kanan ke kiri,

guna tusuk jelujur adalah untuk membuat jahitan menjadi

sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.

a. Tusuk jelujur biasa yaitu tusukan yang menggunakan jarak

tidak sama.

b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu yaitu tusukan dengan

jarak yang sama (konsisten) berguna untuk tusuk

sementara pada smook.

c. Tusuk jelujur renggang yaitu tusukan dengan menggunakan

sengkelik dengan spasi satu, tusukan jelujur renggang ini

digunakan untuk tanda, dengan menggunakan benang

rangkap yang nantinya digunting diantara tusukan tersebut

sehingga meninggalkan jarak benang yang biasa dijadikan

tanda dalam menjahit busana.

TEKNIK MENJAHIT BUSANA

Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil

(produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat

serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari

proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka

tidak akan tercapai produk yang berkualitas baik. Untuk membuat

suatu busana agar mendapatkan hasil yang optimal, teknik yang

dipakai harus di sesuaikan dengan desain busana dan juga

disesuaikan dengan bahan dasar (pabrik) yang dipakai. Berikutnya

marilah kita lihat teknik menjahit busana yang perlu disesuaikan

dengan desain agar kita dapat memilih dan menerapkan teknik yang

tepat dan sesuai dengan busana yang akan dibuat.

A. Tusuk Dasar Menjahit

Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan.

Ada beberapa tusuk dasar yang biasa digunakan dalam menjahit

busana, antara lain adalah sbb:

1. Tusuk Jelujur

Teknik membuat tusuk jelujur, yaitu dimulai dari kanan ke kiri,

guna tusuk jelujur adalah untuk membuat jahitan menjadi

sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.

a. Tusuk jelujur biasa yaitu tusukan yang menggunakan jarak

tidak sama.

b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu yaitu tusukan dengan

jarak yang sama (konsisten) berguna untuk tusuk

sementara pada smook.

c. Tusuk jelujur renggang yaitu tusukan dengan menggunakan

sengkelik dengan spasi satu, tusukan jelujur renggang ini

digunakan untuk tanda, dengan menggunakan benang

rangkap yang nantinya digunting diantara tusukan tersebut

sehingga meninggalkan jarak benang yang biasa dijadikan

tanda dalam menjahit busana.

Gambar 23. Teknik jelujur

2. Tusuk Tikam Jejak

Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat

dari bagian atas tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila

dilihat dari bagian bawah tusukannya seperti jahitan rangkap.

Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak tusukan bagian atas,

teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum

melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk

tikam jejak berguna untuk pengganti jahit mesin.

3. Tusuk Flanel

Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran

busana yang diobras. Tusuk flannel sering digunakan, terutama

untuk busana yang dibuat dari bahan yang harganya mahal,

disamping itu tusuk flannel juga dapat digunakan sebagai hiasan,

sebagai tusuk dasar dan sulaman bayangan, untuk sulaman

bayangan dengan jarak yang lebih rapat (dirapatkan) dan dapat

juga mengikuti motif dekonasi. Caranya, jelujur kain yang sudah

diobras 3-4 cm langkah tusukannya mundur 0,75 cm turun

kebawah, tusuk jarum kekanan selanjutnya mundur lagi 0,5 cm

tusuk lagi ke atas seperti tusukan pertama demikian selterusnya

sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil tusukan yang halus pada

bagian bawah busana (pada rok) atau dimanapun tusuk flannel

digunakan, lakukan dengan halus/tipis waktu menusukkan jarum

kebahan busana, dengan demikian hasil yang didapatkan juga

halus dan tipis bila dilihat dari bagian balik (bagian buruk busana).

Gambar 24. Tusuk flannel

4. Tusuk Feston

Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras

lingkar kerung lengan atau pada pinggiran pakaian bayi. Tusuk

feston juga dapat berfungsi sebagai hiasan bila benang yang

digunakan adalah benang hias atau benang sulam dengan

kombinasi warna yang serasi.

Gambar 25. Tusuk festoon

5. Tusuk Balut

Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh

untuk klim rol. Tusuk balut juga dapat digunakan untuk

penyelesaian pinggir teknik aplikasi. Teknik menjahitnya dimulai

dari kiri ke kanan atau sebaliknya kanan kekiri kesan benang dari

tusukan agak miring.

Gambar 26. Tusuk Balut

6. Tusuk Batang/tangkai

Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan

langkah mundur ± 0,5 cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada

bahan, jarum ditarik keluar akan menghasilkan tusuk tangkai dan

seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama begitu

seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih

besar maka jarak tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih

banyak (besar).

Gambar 27..Tusuk batang/tusuk tangkai

7. Tusuk Rantai

Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya

dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke

atas, kemudian tusukan kembali pada lubang tempat jarum

dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang melingkar

berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang

tempat jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti

semula, begitu seterusnya sampai selesai dengan mengikuti motif

hiasannya.

Gambar 28. Tusuk rantai

8. Tusuk Silang

Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan. Teknik

pengerjaannya dengan langkah sebagai berikut: dimulai dari

kanan atas ke kiri bawah, terus kekanan bawah (tusukan pertama).

Kemudian tusuk ke dua di mulai dari kanan bawah terus kekiri

atas, letak tusukan sejajar baik tusukan bagian atas maupun

tusukan bagian bawah, (tusukan yang terlihat menyilang diatas

kain) dan seterusnya sampai selesai.

Gambar 29. Tusuk silang

9. Tusuk Piquar

Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu

kuda pada jas atau mantel. Disamping itu tusuk piquar dapat juga

digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau lenan rumah

tangga.

Gambar 30. Tusuk piquar

B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)

Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada

pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu

belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa

sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan

supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun

diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan

cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua

ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan

yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam

antara lain:

1. Kampuh Terbuka

Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya

terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:

a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,

penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras

dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.

b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu

penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan

dengan tusuk balut.

c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu

penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan

dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di

pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria

(celana pria).

d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit

dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya

dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.

Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian

bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi

mantel, sisi celana, dan belakang celana.

Gambar 31. Kampuh terbuka

2. Kampuh Balik

Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik

membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,

pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk

(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3

mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian

dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik

dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling

besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:

a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis

b. Menjahit kemeja

c. Pakaian tidur dsb.

Gambar 32. Kampuh balik

3. Kampuh Pipih

Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan

pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu

setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar

atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).

Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya

bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan

lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain

sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.

Gambar 33. Kampuh pipih

4. Kampuh Perancis

Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu

jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.

Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/

pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)

dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.

Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.

Gambar 34. Kampuh perancis

5. Kampuh Sarung

Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua

sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai

berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1

cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi

saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya

sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari

bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit

kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika

menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,

jas, dan jaket.

Gambar 35. Kampuh sarung

C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana

1. Menjahit Tepi Pakaian

Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung

lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.

Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.

a. Teknik mengelim

Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta

jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian

bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk

gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada

juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada

keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.

Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,

supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim

dapat dikerjakan dengan tangan.

1) Mengelim

Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung

lengan dsb.

Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,

lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:

a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan

b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan

dibantu dengan jelujuran

c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam

lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum

tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan

pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,

sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini

dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya

hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas

lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan

agar tidak lepas.

Gambar 36. Mengelim

2) Kelim sumsang

Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,

tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu

dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan

tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama

dengan mengelim.

Gambar 37. Kelim sungsang

3) Kelim tusuk flanel

Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di

obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk

teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih

berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,

blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :

a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di

bantu dengan jelujur;

b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman

tidak tembus sampai keluar dan yang satunya

dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah

mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak

satu baris dengan jarak 0.5 CM

Gambar 38. Kelim tusuk flannel

4) Kelim yang dirompok

Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal

seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan

disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok

dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian

baru di sum.

Gambar 39. Kelim yang dirompok

5) Kelim palsu

Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila

panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan

yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim

palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara

menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan

bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika

bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain

penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara

penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan

bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim

dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak

lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,

tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum

tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit

mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.

Gambar 40. Kelim palsu

6) Kelim tindas

Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara

mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai

dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,

kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu

jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk

pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah

rok, blus, dsb.

7) Kelim konveksi

Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk

menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,

kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim

tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.

Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan

dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.

8) Kelim rol.

Dapat dibuat dengan dua cara :

a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan

memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.

b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,

dengan memakai jarum tangan dengan cara

menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan

tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk

mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju

kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.

Gambar 41. Kelim rol

9) Kelim som mesin

Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di

bagian baik seperti som tangan tetapi dengan

menggunakan mesin, caranya :

a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan

yang diinginkan

b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman

kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya

0.2 cm

c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin

sedikit di angkat

d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus

berulang-ulang sampai selesai

e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin

serbaguna

f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin

khusus untuk garmen .

g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk

konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan

efisien.

Gambar 42. Kelim som mesin

b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok

Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai

untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,

antara lain:

1) Depun

Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya

kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim

pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama

bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi

bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat

depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4

cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.

Caranya sbb :

a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan

didepun (leher).

b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik

busana kemudian

dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan

jarum pentul atau jelujuran

c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan

dengan jarak 1 s.d 2 cm.

d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.

e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih

dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm

Gambar 43. Pemasangan depun

2) Serip

Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang

hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi

untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu

serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian

busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung

lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna

kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau

kain yang warnanya sepadan (serasi).

Cara menjahitnya:

a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit

depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar

dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.

Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan

serip kain bagian baik menghadap ke bagian

buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.

b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting

kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.

c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke

luar (kampuh terjahit).

d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan

seterika agar rapi

e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam

lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.

Gambar 44. Serip

3) Rompok

Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian

dengan menggunakan kumai serong atau bisban.

Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar

kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya

hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d

0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.

Kumai serong didapat dengan menggunting bahan

(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara

melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan

lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat

dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam

warna.

a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan

sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar

yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan

tanda.

b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan

kain lurus. Menyambung kain serong harus

sesuai dengan arah benang.

c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian

pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi

atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada

bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada

garis princes, garis empire atau pada kerah.

d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:

Tempat memasangkan rompok pas pada tanda

pola (gambar a)

1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan

dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian

baik, bagian baik bahan berhadapan, dan

rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan

(gambar b)

2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang

diinginkan dan dibagian dalam tiras kain

serong dilipatkan melebihi batas rompok

sebesar 1 mm (gambar c)

Gambar 45. Menjahit rompok

2. Pemasangan Lengan

Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,

lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan

sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga

berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip

ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar

kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari

garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang

menyatu dengan badan.

a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung

lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan

yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan

enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara

pemasangannya adalah sebagai berikut:

1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis

sisi.

2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua

lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak

antara setikan 0,5 cm.

3) Jahit sisi lengan

4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan

ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.

5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan

menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum

pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat

pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung

lengan pada garis kampuh.

Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin

b) Lengan poff

Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada

puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan

anak-anak.

Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :

1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis sisi.

2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua

lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak

antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai

kebutuhan/desain

3) Jahit sisi lengan

4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan

ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.

5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan

menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum

pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat

pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung

lengan pada garis kampuh.

Gambar 47. Lengan poff

c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar

kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher

sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka

maupun bagian belakang.

Cara menjahitnya adalah :

1) Satukan badan muka dengan lengan muka

2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang

3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah

busana kiri dan kanan.

Gambar 48. Lengan raglan

d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar

kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan

badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai

panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis

bahu dibuat pada lipatan kain)

Cara menjahitnya :

1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian

belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan

kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).

2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian

lengan sudah dibentuk

Gambar 49. Lengan setali

3. Pemasangan Kerah

Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian

yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam

bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain

kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .

a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip

Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan

bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang

seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak

cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan

kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan

keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang

kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.

Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian

kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis

kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan

macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan

adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,

pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti

pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)

cukup dengan pelapis resin (staflek).

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah

pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu

permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat

menempel pada bahan busana dengan cara memberi

pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan

sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.

Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama

dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan

dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan

lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara

menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk

bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin

press atau seterika press.

Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip

adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).

1) Kerah rebah ( kerah terletak)

Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini

banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan

busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama

untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda

antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.

Teknik menjahitnya sama yaitu:

a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm

b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan

ukuran sama dengan pola.

c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh

kecuali pada bagian leher

d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas

setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar

bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di

press ( ketika menggunting tiras jangan sampai

tergunting benang setikan )

e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai

serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian

baik, kerah dan depun.

f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar

leher sesuai dengan tanda pola.

g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas

seperti memasang depun

h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan

Gambar 49. Kerah rebah

2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah

Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah

kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah

ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan

dan membantu memperindah bentuk kerah.

Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah

bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan

penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula

digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini

mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan

bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau

bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan

kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.

Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,

tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat

tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian

atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah

kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak

boleh distik dengan mesin.

Cara menjahit kerah kemeja :

a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua

dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.

Beri tanda pola pada masing-masing bahagian

kerah.

b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda

pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah

bagian bawah atau kerah bagian atas atas

(sesuaikan dengan jenis bahan).

c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian

penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi

bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum

pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah

selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk

membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus

(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.

d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian

tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada

sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung

kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk

mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.

e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.

f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak

bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas

pada kerah bagian atas kerah terletak antara

penegak kemudian jelujur

g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.

Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.

Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.

h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga

kampuh berada pada bagian dalam kerah.

i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher

kemudian jelujur.

j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai

dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas

penegak, terus pada garis leher dan kembali

ketengah belakang.

3) Pemasangan kerah dengan lapisan

Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah

shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collor). Kerah shiller

(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka

dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi

bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan

kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan

tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena

ada pembentukan sesuai model pada river bagian

kerahnya.

Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan

dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya

dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti

kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang

pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah

dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.

Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas

4) Pemasangan kerah Shiller

Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah

bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah

pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai

rever dan garis patahan kerah.

Cara mengerjakan:

a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar

pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut

serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.

Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.

b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah

dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.

c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis

berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh

kedua ujung kerah.

d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah

e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,

kemudian dipress

f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis

tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai

batas tengah muka

g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian

sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,

kemudian pentul dan jelujur.

h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan

kanan kemudian lipatkan kearah kerah.

i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri

sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk

kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung

gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.

j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan

rapikan bentuk sudut lidah belahan.

k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam

kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu

kanan, pentul dan jelujur.

l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah

bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.

Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.

5) Pemasangan kerah setali (shall collor)

Cara mengerjakan:

a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah

muka sudah berbentuk/pakai kerah

b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.

c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan

tengah muka badan kemudian interlining di press.

d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada

garis leher belakang

e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian

bawah kemudian bukakan kampuhnya

f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis

leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu

kanan, kemudian jahit mesin

g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang

h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang

dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris

leher

i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah

bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri

sampai kanan blus

j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian

baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit

mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir

bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya

k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah

kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih

kurang 1 mm dari sambungan garis leher

l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam

pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah

sampai garis belahan

m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti

garis lipatan

n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,

kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah

bagian bawah

o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian

dengan tusuk sum.

D. Belahan Busana

Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi

untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu

juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada

belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.

Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,

ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian

pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model

busana atau desain.

Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda

sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau

macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan

langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan

belahan tutup tarik.

1. Belahan Langsung

Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat

sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya

dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah

belakang.

Tekniknya sebagai berikut:

a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka

dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,

dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat

dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang

keluar.

b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),

belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.

c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian

kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan

dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan

kemeja.

Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung2. Belahan berlapis

Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.

Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan

satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai

serong dan belahan dilapis menurut bentuk.

Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur

sama dan satu lajur.

a. Belahan dua lajur

Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju

kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini

juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak

sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur

yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan

lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,

antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,

umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.

b. Belahan dua lajur sama

Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan

panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan

lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.

Cara menjahitnya :

1) Tentukan tempat belahan seperti gambar

(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah

dijahit 2 cm

2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung

lajur ditipiskan, seperti gambar (b)

3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada

sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari

tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a

ke b

4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat

guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar

(c)

5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah

ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat

kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit

dengan mesin, seperti gambar (d)

6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,

selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan

tusuk kelim.

Gambar 52. Belahan dua lajur sama

c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.

Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan

dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.

Cara menjahitnya:

1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm

sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)

2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik

berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah

sepanjang belahan.

3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke

bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan

dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada

jahitan pertama (b).

4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik

berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik

sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)

5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih

bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik

tepat pada jahitan pertama (d).

6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk

runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis

batas panjang belahan.

7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil

turut dijahit.

8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi

melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.

Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama

d. Belahan dengan Kumai Serong

Belahan dengan memakai kumai serong pada

umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.

Cara menjahitnya:

1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya

sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm

untuk kampuh.

2) Tentukan tempat belahan (a)

3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan

tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi

bagian baik berhadapan dengan bagian baik.

Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari

tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.

Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung

belahan digunting menyerong.

4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya

selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi

lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur

tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari

bagian baik.

5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan

tusuk balut.

6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama

dengan lajur.

7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk

feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,

tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau

trens sebagai penguat.

Gambar 54. Belahan dengan kumai serong

e. Belahan dilapis menurut bentuk

Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis

dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak

digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang

atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang

tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah

muka.

Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk

belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan

blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan

yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,

diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.

Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk

Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya

adalah :

a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,

dengan ukuran lebih kurang 1 cm.

b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu

dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting

halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.

c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,

kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.

2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing

sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit

pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang

dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan

sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan

dengan desain.l

3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka

(seperti belahan baju kurung).

Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan

depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan

adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan

kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling

leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan

ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain

diarahkan kepelapis

4. Belahan tutup tarik

Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup

tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk

tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan

sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak

pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan

fungsinya.

Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan

membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga

berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut

Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah

adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup

tarik.

Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:

a. Belahan tutup tarik simetris

b. Belahan tutup tarik asimetris

c. Belahan tutup tarik tersembunyi

d. Belahan tutup tarik terpisah

e. belahan tutup tarik memakai golbi.

Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga

bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu

disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan

pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.

Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.

.

Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)

a) Tutup tarik simetris

Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan

yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,

dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup

tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.

Teknik pemasangannya:

(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam

pakaian

(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik

(3) Bukakan kampuh dan pres

(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan

jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih

kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan

(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri

dan kanan dari bagian dalam pakaian

(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian

mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga

terdapat dua lidah yang sama besar.

Gambar 57. Tutup tarik simetris

b) Tutup tarik asimetris

Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,

sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik

pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai

langkah ketiga dan pada langkah keempat.

(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih

kurang 2 mm dari tanda kampuh.

(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan

sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾

s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar

menghadap keatas.

Gambar 58. Tutup tarik asimetris

c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)

Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan

belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup

tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang

memakai kampuh.

Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,

yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting

hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus

untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan

(terowong) gigi restleiting.

Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari

luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini

banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena

terkesan pemasangannya juga halus.

Teknik pemasangan sebagai berikut:

(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu

dijahit kampuh sisa

(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan

dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir

gigi

(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi

restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu

mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik

bukaan

(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan

yang bagian kiri.

d) Belahan tutup tarik celana

Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan

teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan

gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk

celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah

kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan

untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan

klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri

dibawah) atau kebalikan dari celana pria.

Teknik pemasangannya

(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan

(2) Celana bagian depan yang telah digunting

(3) Klep

(4) golbi

Gambar 59. Perlengkapan pemasangan tutup tarik

Penyelesaian klep

(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada

celana

(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap

keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting

tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian

yang baiknya berhadapan

(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan

setikan yang sama

(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,

dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari

klep ).

Gambar 60. Penyelesaian klep

Gambar 23. Teknik jelujur

2. Tusuk Tikam Jejak

Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat

dari bagian atas tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila

dilihat dari bagian bawah tusukannya seperti jahitan rangkap.

Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak tusukan bagian atas,

teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum

melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk

tikam jejak berguna untuk pengganti jahit mesin.

3. Tusuk Flanel

Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran

busana yang diobras. Tusuk flannel sering digunakan, terutama

untuk busana yang dibuat dari bahan yang harganya mahal,

disamping itu tusuk flannel juga dapat digunakan sebagai hiasan,

sebagai tusuk dasar dan sulaman bayangan, untuk sulaman

bayangan dengan jarak yang lebih rapat (dirapatkan) dan dapat

juga mengikuti motif dekonasi. Caranya, jelujur kain yang sudah

diobras 3-4 cm langkah tusukannya mundur 0,75 cm turun

kebawah, tusuk jarum kekanan selanjutnya mundur lagi 0,5 cm

tusuk lagi ke atas seperti tusukan pertama demikian selterusnya

sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil tusukan yang halus pada

bagian bawah busana (pada rok) atau dimanapun tusuk flannel

digunakan, lakukan dengan halus/tipis waktu menusukkan jarum

kebahan busana, dengan demikian hasil yang didapatkan juga

halus dan tipis bila dilihat dari bagian balik (bagian buruk busana).

Gambar 24. Tusuk flannel

4. Tusuk Feston

Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras

lingkar kerung lengan atau pada pinggiran pakaian bayi. Tusuk

feston juga dapat berfungsi sebagai hiasan bila benang yang

digunakan adalah benang hias atau benang sulam dengan

kombinasi warna yang serasi.

Gambar 25. Tusuk festoon

5. Tusuk Balut

Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh

untuk klim rol. Tusuk balut juga dapat digunakan untuk

penyelesaian pinggir teknik aplikasi. Teknik menjahitnya dimulai

dari kiri ke kanan atau sebaliknya kanan kekiri kesan benang dari

tusukan agak miring.

Gambar 26. Tusuk Balut

6. Tusuk Batang/tangkai

Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan

langkah mundur ± 0,5 cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada

bahan, jarum ditarik keluar akan menghasilkan tusuk tangkai dan

seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama begitu

seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih

besar maka jarak tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih

banyak (besar).

Gambar 27..Tusuk batang/tusuk tangkai

7. Tusuk Rantai

Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya

dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke

atas, kemudian tusukan kembali pada lubang tempat jarum

dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang melingkar

berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang

tempat jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti

semula, begitu seterusnya sampai selesai dengan mengikuti motif

hiasannya.

Gambar 28. Tusuk rantai

8. Tusuk Silang

Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan. Teknik

pengerjaannya dengan langkah sebagai berikut: dimulai dari

kanan atas ke kiri bawah, terus kekanan bawah (tusukan pertama).

Kemudian tusuk ke dua di mulai dari kanan bawah terus kekiri

atas, letak tusukan sejajar baik tusukan bagian atas maupun

tusukan bagian bawah, (tusukan yang terlihat menyilang diatas

kain) dan seterusnya sampai selesai.

Gambar 29. Tusuk silang

9. Tusuk Piquar

Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu

kuda pada jas atau mantel. Disamping itu tusuk piquar dapat juga

digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau lenan rumah

tangga.

Gambar 30. Tusuk piquar

B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)

Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada

pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu

belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa

sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan

supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun

diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan

cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua

ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan

yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam

antara lain:

1. Kampuh Terbuka

Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya

terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:

a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,

penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras

dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.

b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu

penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan

dengan tusuk balut.

c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu

penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan

dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di

pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria

(celana pria).

d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit

dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya

dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.

Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian

bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi

mantel, sisi celana, dan belakang celana.

Gambar 31. Kampuh terbuka

2. Kampuh Balik

Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik

membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,

pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk

(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3

mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian

dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik

dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling

besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:

a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis

b. Menjahit kemeja

c. Pakaian tidur dsb.

Gambar 32. Kampuh balik

3. Kampuh Pipih

Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan

pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu

setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar

atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).

Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya

bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan

lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain

sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.

Gambar 33. Kampuh pipih

4. Kampuh Perancis

Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu

jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.

Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/

pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)

dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.

Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.

Gambar 34. Kampuh perancis

5. Kampuh Sarung

Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua

sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai

berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1

cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi

saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya

sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari

bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit

kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika

menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,

jas, dan jaket.

Gambar 35. Kampuh sarung

C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana

1. Menjahit Tepi Pakaian

Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung

lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.

Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.

a. Teknik mengelim

Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta

jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian

bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk

gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada

juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada

keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.

Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,

supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim

dapat dikerjakan dengan tangan.

1) Mengelim

Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung

lengan dsb.

Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,

lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:

a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan

b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan

dibantu dengan jelujuran

c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam

lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum

tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan

pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,

sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini

dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya

hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas

lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan

agar tidak lepas.

Gambar 36. Mengelim

2) Kelim sumsang

Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,

tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu

dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan

tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama

dengan mengelim.

Gambar 37. Kelim sungsang

3) Kelim tusuk flanel

Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di

obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk

teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih

berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,

blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :

a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di

bantu dengan jelujur;

b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman

tidak tembus sampai keluar dan yang satunya

dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah

mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak

satu baris dengan jarak 0.5 CM

Gambar 38. Kelim tusuk flannel

4) Kelim yang dirompok

Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal

seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan

disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok

dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian

baru di sum.

Gambar 39. Kelim yang dirompok

5) Kelim palsu

Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila

panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan

yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim

palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara

menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan

bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika

bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain

penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara

penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan

bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim

dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak

lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,

tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum

tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit

mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.

Gambar 40. Kelim palsu

6) Kelim tindas

Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara

mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai

dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,

kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu

jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk

pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah

rok, blus, dsb.

7) Kelim konveksi

Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk

menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,

kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim

tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.

Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan

dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.

8) Kelim rol.

Dapat dibuat dengan dua cara :

a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan

memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.

b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,

dengan memakai jarum tangan dengan cara

menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan

tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk

mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju

kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.

Gambar 41. Kelim rol

9) Kelim som mesin

Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di

bagian baik seperti som tangan tetapi dengan

menggunakan mesin, caranya :

a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan

yang diinginkan

b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman

kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya

0.2 cm

c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin

sedikit di angkat

d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus

berulang-ulang sampai selesai

e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin

serbaguna

f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin

khusus untuk garmen .

g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk

konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan

efisien.

Gambar 42. Kelim som mesin

b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok

Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai

untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,

antara lain:

1) Depun

Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya

kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim

pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama

bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi

bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat

depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4

cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.

Caranya sbb :

a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan

didepun (leher).

b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik

busana kemudian

dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan

jarum pentul atau jelujuran

c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan

dengan jarak 1 s.d 2 cm.

d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.

e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih

dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm

Gambar 43. Pemasangan depun

2) Serip

Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang

hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi

untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu

serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian

busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung

lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna

kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau

kain yang warnanya sepadan (serasi).

Cara menjahitnya:

a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit

depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar

dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.

Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan

serip kain bagian baik menghadap ke bagian

buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.

b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting

kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.

c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke

luar (kampuh terjahit).

d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan

seterika agar rapi

e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam

lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.

Gambar 44. Serip

3) Rompok

Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian

dengan menggunakan kumai serong atau bisban.

Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar

kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya

hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d

0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.

Kumai serong didapat dengan menggunting bahan

(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara

melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan

lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat

dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam

warna.

a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan

sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar

yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan

tanda.

b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan

kain lurus. Menyambung kain serong harus

sesuai dengan arah benang.

c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian

pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi

atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada

bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada

garis princes, garis empire atau pada kerah.

d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:

Tempat memasangkan rompok pas pada tanda

pola (gambar a)

1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan

dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian

baik, bagian baik bahan berhadapan, dan

rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan

(gambar b)

2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang

diinginkan dan dibagian dalam tiras kain

serong dilipatkan melebihi batas rompok

sebesar 1 mm (gambar c)

Gambar 45. Menjahit rompok

2. Pemasangan Lengan

Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,

lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan

sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga

berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip

ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar

kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari

garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang

menyatu dengan badan.

a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung

lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan

yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan

enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara

pemasangannya adalah sebagai berikut:

1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis

sisi.

2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua

lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak

antara setikan 0,5 cm.

3) Jahit sisi lengan

4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan

ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.

5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan

menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum

pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat

pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung

lengan pada garis kampuh.

Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin

b) Lengan poff

Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada

puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan

anak-anak.

Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :

1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis sisi.

2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua

lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak

antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai

kebutuhan/desain

3) Jahit sisi lengan

4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan

ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.

5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan

menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum

pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat

pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung

lengan pada garis kampuh.

Gambar 47. Lengan poff

c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar

kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher

sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka

maupun bagian belakang.

Cara menjahitnya adalah :

1) Satukan badan muka dengan lengan muka

2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang

3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah

busana kiri dan kanan.

Gambar 48. Lengan raglan

d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar

kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan

badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai

panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis

bahu dibuat pada lipatan kain)

Cara menjahitnya :

1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian

belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan

kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).

2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian

lengan sudah dibentuk

Gambar 49. Lengan setali

3. Pemasangan Kerah

Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian

yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam

bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain

kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .

a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip

Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan

bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang

seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak

cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan

kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan

keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang

kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.

Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian

kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis

kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan

macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan

adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,

pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti

pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)

cukup dengan pelapis resin (staflek).

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah

pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu

permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat

menempel pada bahan busana dengan cara memberi

pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan

sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.

Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama

dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan

dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan

lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara

menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk

bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin

press atau seterika press.

Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip

adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).

1) Kerah rebah ( kerah terletak)

Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini

banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan

busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama

untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda

antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.

Teknik menjahitnya sama yaitu:

a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm

b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan

ukuran sama dengan pola.

c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh

kecuali pada bagian leher

d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas

setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar

bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di

press ( ketika menggunting tiras jangan sampai

tergunting benang setikan )

e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai

serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian

baik, kerah dan depun.

f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar

leher sesuai dengan tanda pola.

g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas

seperti memasang depun

h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan

Gambar 49. Kerah rebah

2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah

Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah

kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah

ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan

dan membantu memperindah bentuk kerah.

Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah

bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan

penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula

digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini

mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan

bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau

bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan

kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.

Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,

tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat

tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian

atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah

kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak

boleh distik dengan mesin.

Cara menjahit kerah kemeja :

a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua

dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.

Beri tanda pola pada masing-masing bahagian

kerah.

b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda

pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah

bagian bawah atau kerah bagian atas atas

(sesuaikan dengan jenis bahan).

c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian

penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi

bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum

pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah

selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk

membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus

(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.

d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian

tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada

sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung

kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk

mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.

e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.

f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak

bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas

pada kerah bagian atas kerah terletak antara

penegak kemudian jelujur

g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.

Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.

Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.

h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga

kampuh berada pada bagian dalam kerah.

i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher

kemudian jelujur.

j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai

dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas

penegak, terus pada garis leher dan kembali

ketengah belakang.

3) Pemasangan kerah dengan lapisan

Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah

shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collor). Kerah shiller

(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka

dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi

bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan

kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan

tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena

ada pembentukan sesuai model pada river bagian

kerahnya.

Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan

dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya

dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti

kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang

pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah

dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.

Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas

4) Pemasangan kerah Shiller

Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah

bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah

pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai

rever dan garis patahan kerah.

Cara mengerjakan:

a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar

pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut

serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.

Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.

b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah

dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.

c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis

berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh

kedua ujung kerah.

d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah

e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,

kemudian dipress

f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis

tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai

batas tengah muka

g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian

sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,

kemudian pentul dan jelujur.

h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan

kanan kemudian lipatkan kearah kerah.

i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri

sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk

kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung

gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.

j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan

rapikan bentuk sudut lidah belahan.

k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam

kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu

kanan, pentul dan jelujur.

l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah

bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.

Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.

5) Pemasangan kerah setali (shall collor)

Cara mengerjakan:

a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah

muka sudah berbentuk/pakai kerah

b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.

c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan

tengah muka badan kemudian interlining di press.

d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada

garis leher belakang

e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian

bawah kemudian bukakan kampuhnya

f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis

leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu

kanan, kemudian jahit mesin

g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang

h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang

dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris

leher

i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah

bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri

sampai kanan blus

j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian

baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit

mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir

bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya

k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah

kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih

kurang 1 mm dari sambungan garis leher

l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam

pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah

sampai garis belahan

m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti

garis lipatan

n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,

kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah

bagian bawah

o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian

dengan tusuk sum.

D. Belahan Busana

Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi

untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu

juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada

belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.

Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,

ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian

pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model

busana atau desain.

Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda

sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau

macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan

langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan

belahan tutup tarik.

1. Belahan Langsung

Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat

sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya

dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah

belakang.

Tekniknya sebagai berikut:

a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka

dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,

dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat

dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang

keluar.

b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),

belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.

c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian

kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan

dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan

kemeja.

Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung2. Belahan berlapis

Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.

Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan

satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai

serong dan belahan dilapis menurut bentuk.

Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur

sama dan satu lajur.

a. Belahan dua lajur

Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju

kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini

juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak

sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur

yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan

lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,

antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,

umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.

b. Belahan dua lajur sama

Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan

panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan

lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.

Cara menjahitnya :

1) Tentukan tempat belahan seperti gambar

(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah

dijahit 2 cm

2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung

lajur ditipiskan, seperti gambar (b)

3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada

sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari

tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a

ke b

4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat

guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar

(c)

5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah

ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat

kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit

dengan mesin, seperti gambar (d)

6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,

selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan

tusuk kelim.

Gambar 52. Belahan dua lajur sama

c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.

Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan

dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.

Cara menjahitnya:

1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm

sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)

2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik

berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah

sepanjang belahan.

3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke

bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan

dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada

jahitan pertama (b).

4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik

berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik

sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)

5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih

bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik

tepat pada jahitan pertama (d).

6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk

runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis

batas panjang belahan.

7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil

turut dijahit.

8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi

melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.

Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama

d. Belahan dengan Kumai Serong

Belahan dengan memakai kumai serong pada

umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.

Cara menjahitnya:

1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya

sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm

untuk kampuh.

2) Tentukan tempat belahan (a)

3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan

tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi

bagian baik berhadapan dengan bagian baik.

Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari

tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.

Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung

belahan digunting menyerong.

4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya

selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi

lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur

tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari

bagian baik.

5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan

tusuk balut.

6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama

dengan lajur.

7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk

feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,

tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau

trens sebagai penguat.

Gambar 54. Belahan dengan kumai serong

e. Belahan dilapis menurut bentuk

Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis

dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak

digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang

atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang

tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah

muka.

Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk

belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan

blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan

yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,

diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.

Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk

Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya

adalah :

a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,

dengan ukuran lebih kurang 1 cm.

b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu

dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting

halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.

c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,

kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.

2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing

sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit

pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang

dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan

sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan

dengan desain.l

3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka

(seperti belahan baju kurung).

Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan

depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan

adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan

kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling

leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan

ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain

diarahkan kepelapis

4. Belahan tutup tarik

Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup

tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk

tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan

sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak

pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan

fungsinya.

Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan

membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga

berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut

Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah

adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup

tarik.

Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:

a. Belahan tutup tarik simetris

b. Belahan tutup tarik asimetris

c. Belahan tutup tarik tersembunyi

d. Belahan tutup tarik terpisah

e. belahan tutup tarik memakai golbi.

Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga

bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu

disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan

pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.

Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.

.

Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)

a) Tutup tarik simetris

Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan

yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,

dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup

tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.

Teknik pemasangannya:

(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam

pakaian

(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik

(3) Bukakan kampuh dan pres

(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan

jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih

kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan

(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri

dan kanan dari bagian dalam pakaian

(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian

mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga

terdapat dua lidah yang sama besar.

Gambar 57. Tutup tarik simetris

b) Tutup tarik asimetris

Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,

sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik

pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai

langkah ketiga dan pada langkah keempat.

(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih

kurang 2 mm dari tanda kampuh.

(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan

sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾

s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar

menghadap keatas.

Gambar 58. Tutup tarik asimetris

c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)

Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan

belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup

tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang

memakai kampuh.

Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,

yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting

hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus

untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan

(terowong) gigi restleiting.

Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari

luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini

banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena

terkesan pemasangannya juga halus.

Teknik pemasangan sebagai berikut:

(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu

dijahit kampuh sisa

(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan

dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir

gigi

(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi

restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu

mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik

bukaan

(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan

yang bagian kiri.

d) Belahan tutup tarik celana

Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan

teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan

gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk

celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah

kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan

untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan

klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri

dibawah) atau kebalikan dari celana pria.

Teknik pemasangannya

(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan

(2) Celana bagian depan yang telah digunting

(3) Klep

(4) golbi

Gambar 59. Perlengkapan pemasangan tutup tarik

Penyelesaian klep

(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada

celana

(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap

keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting

tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian

yang baiknya berhadapan

(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan

setikan yang sama

(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,

dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari

klep ).

Gambar 60. Penyelesaian klep

TEKNIK PEMBUATAN BAN PINGGANG

A. Lembar Informasi

ban pinggang pas, menjepit garis suatu pakaian, sehingga rapi dan enak dipakai. Cara menentukan panjang ban pinggang yaitu panjang lingkar pinggan + 3 – 4 cm untuk tempat kancing kait dan ditambah 2 x 1,5 cm untuk kampuh tepi. Sedangkan lebar ban pinggang sesuai dengan model yang diinginkan, pada umumnya lebar ban pinggang antara 3-4 cm.

B. Lembar Kerja

1. Alat

Peralatan yang harus anda siapkan adalah sebagai berikut:

  • mesin jahit
  • jarum pentul
  • benang jahit
  • bidal
  • gunting bahan.

2. Bahan

Kain katun polos, kain keras.

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

  • Pakailah celemek / pakaian kerja sebelum bekerja
  • Siapkan alat dan bahan di meja kerja
  • Atur posisi duduk agar tidak terlalu dekat dengan meja dan tidak membungkuk
  • Bekerjalah dibawah penerangan yang cukup baik
  • Jagalah kebersihan ruang kerja
  • Kembalikan semua peralatan semula dan rapikan kembali.

4. Langkah Kerja

a. Membuat ban pinggang

  1. Potong kain 2 x lebar ban pinggang = 2 x kampuh sisi bawah, panjang ban pinggang; lingkar pinggang + 3 cm + 2 x kampuh sisi
  2. Potong kain keras sesuai panjang dan lebar ban pinggang.
  3. Jahit kain keras pada bagian dalam ban pinggang
  4. Jahit kampuh sisi kiri dan kanan, dengan melipat bagian ban pinggang yang ada kain kerasnya.
membuat-ban-pinggang

membuat-ban-pinggang

b. Memasang dan menjahit ban pinggang

  1. Gabungkan kampuh ban pinggang dan kampuh lingkar pinggang jelujur kemudian dijahit dari tepi kain keras + 1,5 mm.
  2. ban pinggang yang terletak di bagian dalam diselesaikan dengan dijahit mesin pada sekeliling bawah ban pinggang
  3. Penyelesaian akhir, memasang kancing kait pada bagian dalam ban pinggang.
cara-memasang-ban-pinggang

cara-memasang-ban-pinggang